“Jangan pernah menitipkan perjuangan kita ke orang lain, karena nyatanya selama ini belum bisa diemban oleh mereka”, tukasnya mengajak. Kemudian menanggapi adanya dorongan agar jika ada partai baik yang Kristen maupun bernafaskan Kristiani untuk sepakat satu, dua-duanyapun saling terbuka sepanjang memang ada komunikasi yang jelas. Sedangkan Estefanus Baleti Wasekjen Asosiasi Pendeta Indonesia dalam tanggapannnya, sebelum melangkah menjadi sebuah partai politik Kristen sebaiknya dihitung dengan cermat, berapa jumlah umat Kristen yang memiliki hak pilih, jangan sampai membuang-buang waktu mendirikan partai Kristen ternyata dukungannya tidak signifikan.
Senada dengan Baleti Sahat Sinurat sekjen GAMKI dan mantan Ketua Umum GMKI ini juga menyorot yang sama, apalagi 80 persen masyarakat Kristen sudah tergabung di partai nasionalis. Namun kalaupun memang partai Kristen ada perlu dibuat strategi seperti keadilan sosial, hukum dan sebagainya. Apalagi bicara kesejahteraan banyak dari wilayah Kristen yang tertinggal inilah yang perlu diangkat dan diperjuangkan partai Kristen ini. Tambah Sahat munculnya partai ini harus juga komunikasi dengan ormas-ormas Kristen yang ada, agar mendapatkan masukan serta ada proses kaderisasi berjalan. Mawardin Zega sekjend MUKI kalau memang aka nada partai Kristen sebaiknya terbuka, apalagi ada dua atau tiga partai yang akan tampil. Dengan keterbukaan tersebut umat dapat menentukan partai mana yang memang patut didukung dan mana yang tidak. “Saya bersyukur ternyata ketiga partai yang akan muncul itu semuanya tergabung di MUKI”, terangnya tersenyum. Sementara narasumber satu-satunya perempuan Adolfina Koamesakh wakil sekjen PIKI Sumatera Utara, mendukung penuh hadirnya partai Kristen namun demikian partai Kristen harus mampu menguidentifikasi unsurt-unsur yang membahayakan yaitu egosentris kelompok, sektoral dan partikularisme. Partai Kristen perlu ideology yang kuat untuk dinyatakan dalam platform parpol. Komunikasi menjadi penting agar platform ini tersampaikan. Tentang pentingnya partai Kristen juga disuarakan Izak Hikoyabi dari papua, prinsipnya segera bentuk dan dirikan dan dirinya siap untuk menjadi sekjen untuk Papua. Mengenai perhitungan ataupun penelitian tentang seberapa dibutuhkan partai Kristen dan juga membuat secara etrbuka ketiga partai UKI siap melakukan itu, tinggal bagaimana ketiga partai itu memberikan visi misi dan sejauhmana ideology perjuangannya ke depan. Sehingga dari penelitian ini akan menjadi refernsi bagi umat Krisetn itu sendiri, tukas FX Gian tue Mali Kaprodi ilmu politik UKI ini. Geliat dan kemauan membangun partai Kristen ataupun bernafaskan Kristen memang masih pro dan kontra, namun terlepas dari itu semua hampir sepanjang diskusi diadakan mereka sepakat bahwa mengenai peluang tetap terbuka. Pertanyaannya sekarang sejauhmana partai Kristen itu mampu mengemas dirinya sebagai partai yang mengedepankan moralitas dan mau belajar kekuarangan partai Kristen masa lalu. Tak kalah pentingnyapartai Kristen juga harus mempertegas, adanya pandangan bahwa kehadiran Partai Kristen sudah selesai karena sudah fusi dengan PDI, padahal PDI sendiri tidak ada sekarang, dan era reformasi sudah membuka dirinya dengan sistem multi partai, seperti yang diungkapkan Sahat Sinurat, tuntas. (Red).