Exclusive Report, Ninoy KarundengReportasejakarta.com – Poso, Di tengah wabah Corona tugas Polri makin menumpuk. Terlebih lagi Jabodetabek dan sebagian Provinsi Banten dan Bandung Raya menerapkan PSBB. Polisi menempatkan diri sebagai pelindung masyarakat, tetap melakukan tindakan penegakan hukum, namun juga melindungi masyarakat. (20/4).
Polisi menembak mati dua teroris Darwin Gobel dan Muis Fahron yang menyerang polisi sebelumnya. Tindakan yang tegas dan sangat tepat di tengah wabah Corona. Justru intensitas aktivitas teroris makin meningkat. TNI dan Polisi yang tergabung dalam Satgas Operasi Tinombala di Poso tetap melakukan tugas bergerak cepat.
Para anggota MIT pimpinan Ali Kora yang menggantikan Santoso yang tewas diberondong oleh Satgas Operasi Tinombala yang kini menyebar dan terpecah di Lembah Napu, Tampolore, dan Pesisir Poso dan hutan di wilayah Poso.
Sebelumnya lima teroris kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) juga ditangkap di Batang. Mereka merencanakan pemboman di tengah pandemi Corona. Densus 88 dengan sigap melakukan tindakan pre-emptive measures sesuai dengan Revisi UU Anti Teroris. Tak terbayangkan jika UU tidak direvisi, menunggu bom dulu baru ditangkap. Top.
Para teroris justru terus bergerak. Simpatisan ISIS dan anggota teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) terus bergerak. Ada 18 orang anggota Ali Kora yang terus bergerak di kawasan Palu dan Poso. Wilayah itu merupakan daerah segitiga kawasan teroris Asia Tenggara Indonesia – Mindanau – Sabah/Palawan.
Di Malaysia dan Indonesia yang bergerak adalah Mujahidin Indonesia Timur dan Jamaah Islamiyah pimpinan Abu Bakar Baasyir. Di Filipina ada kelompok Ansar Al Khilafah in The Philliipines, Bangsamoro Islamic Freedom Fighter pimpinan Ameril Umbo Kato yang dibentuk pada 2010 sebagai sempalan Moro Islamic Liberation Front (MILF), Ma’arakat Al Ansar, Ansar al Khilafah dan Abu Sayyaf.
Di tengah wabah Corona pergerakan mereka di lubang tikus Segitiga Teroris menjadi semakin intensif. Para teroris yang terlunta di Syria dan Turki bergerak ke kawasan tersebut. Terlebih pemerintah Indonesia hanya akan memelihara anak-anak teroris di bawah usia 15 tahun – yang sudah disusupi indoktrinasi.
Kejadian di Poso, ketiak dua teroris ditembak mati. Justru mereka dibawa pulang dan dielukan bagai pahlawan. Khotbah penguburan yang dibawakan oleh bekas teroris Ustad Yasin isinya tak lain mengelukan kematian dua teroris sebagai martir: syahid. Aneh bener bekas teroris meminpim penguburan para teroris. Isinya tentu provokasi dan dorongan yang hidup untuk menjadi teroris.
Pekerjaan Polisi di tengah pandemi Corona makin meningkat. Polisi melakukan penangkapan terhadap anggota mafia penimbunan alat kesehatan. Polda Metro telah menangkap penimbun 60 ribu boks masker dan sanitizer di Jakarta. Penangkapan juga dilakukan di Banjar, Riau, Makassar, dan Semarang. Seperti yang disebut Erick Thohir mafia alkes rajin melakukan impor alkes untuk keuntungan diri sendiri.
Belum lagi tugas TNI/Polri untuk memastikan pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di berbagai wilayah Indonesia. Di tengah kondisi ini publik pun diminta untuk tetap waspada dalam beraktivitas keseharian. Lebih baik tinggal di rumah. Aman.
Kalau keluar rumah sebaiknya tidak mengenakan perhiasan apapun baik imitasi maupun asli. Seperti jam tangan mewah. Perempuan tidak perlu menenteng tas mewah. Juga hindari menggunakan hape di pinggir jalan atau tempat terbuka.
Kejahatan jalanan mendapatkan perhatian pasca dilepaskannya 36.000 napi oleh Yasonna Laoly. Hingga saat ini sudah ada 13 napi yang kambuh melakukan kejahatan. Padahal bagi para napi kelas jalanan penjara adalah tempat aman, makan gratis.
Publik wajib mendukung langkah Polri/TNI dengan tinggal di rumah. Aparat keamanan saat ini fokus menjadi tiga bagian (pengawasan PSBB, pengamanan logistik, dan menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat). Diam di rumah adalah pilihan paling aman dan nyaman bagi kita semua. Bravo TNI/Polri.
(Red).