1. Meningkatkan investasi pendidikan jangka panjang dengan harapan dapat memacu pertumbuhan keahlian sumber daya manusia Indonesia.
2. Memperjelas regulasi beserta batasan-batasan tentang penerapan teknologi pada lini industri sehingga dapat menjadi teknologi yang tepat guna dan buman menjadi teknologi yang berdampak negatif pada masyarakat khususnya kalangan buruh.
3.Mempertanyakan industri dalam negeri, khususnya BUMN, untuk dapat memasuki masa transisi revolusi industri 4.0 agar tidak kalab sajng dengan perusahaan multinasional lainnya baik dalam segi produksi, quality maupun marketing (pemasaran).
4. Membuka afau memfasilitasj jalur kerjasama dan kolaborasi dengan negara-negara yang memiliki keahlian dalam bidang terkait dengan tujuan dihasilkan keahliankeahlian baru yang sebelumnya tidak dimiliki oleh Indonesia. Adapun materi kesimpulan yang disampaikan Mohamad Toha, sebagai anggota dari Komisi VI DPR RI, bahwa pada kondisi melakukan persiapan pemerintah haruslah dapat memenuhi semua elemen pendukung kesiapan perusahaan BUMN dalam memasuki era Revolusi Industri 4.0 agar apa yang dijalankan dapat benarbenar maksimal dan baiknya sustainabilitas perusahaan dapat terjaga. Bhima Yudhistira Adhinegara dari Ekonom Indef memaparkan dampak otomatisasi terhadap pekerja dari hasil riset metal Jerman, BOHM ET AL tahun 2016 bahwa ada 74% karyawan merasa tidak dilibatkan dalam proses adaptasi teknologi di tempat kerja. 46% merasa tuntutan pekerjaan justru naik karena digitalisasi. Maka efek samping pekerjaan semakin kompleks, overload informasi, sehingga tuntutan bekerja lebih cepat dan bisa beradaptasi dengan teknologi baru. Dan salah satu peserta seminar perwakilan dari Succofindo, ketika diwawancarai awak media mengatakan bahwa, ” banyak teknologi yang mangkrak, sudah kebeli malah mangkrak, Succofindo bisa mengatasi solusinya agar mereka siap,” ungkapnya. (Larty).