Tentu dengan Pergub No: 1 Tahun 2020 tentang Minuman Fermentasi Dan Destilasi Arak Bali, memang benar dalam pelaksanaannya, bermanfaat untuk para produsen tetapi tidak menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. ‘’Tidak ada dukung-mendukung, yang ada justru peringatan dari Sulinggih PHDI, sebagai catatan yang harus diperhatikan oleh penyelenggara kewenangan, dari Gubernur, Bupati, Wali Kota dan pemangku kebijakan lain yang terkait,” ujar Wakil Ketua Bidang Kearifan Lokal PHDI Bali, Nyoman Iwan Pranajaya di Denpasar, Jumat (27/1/2023) agar pelaksanaan Pergub No: 1/2020 tersebut dicegah ekses-ekses negatifnya. Berbeda dengan pernyataan yang disampaikan oleh Dosen Agama Hindu di Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa, Dr. I Ketut Donder. “Yang jelas agama lain pasti mencibir adanya hari Arak, percuma saja mengeluarkan dalil-dalil religius jika Sebagian besar sudah menyatakan setuju adanya peringatan Hari Arak Bali. Menurutnya bahwa arak adalah minuman beralkohol dan jika dikonsumsi oleh generasi muda dengan tidak terkontrol akan membuat mabuk dan uyeng-uyengan. “Sudah jelas dalam agama Hindu Mada (mabuk) dilarang dalam ajaran Hindu, dan merupakan bagian dari sad ripu (enam musuh dalam diri manusia) , sifat-sifat jelek dalam diri manusia yang harus dihilangkan. Nah kalo ini justru menjadi peringatan, akan membuat moralitas generasi muda akan jauh dari nilai dan ajaran Hindu, “kata Donder. Lain lagi pendapat dari salah satu mantan anggota KPU, I Gusti Putu Artha, “bahwa secara aturan ketatanegaraan penetapan hari penting seperti Hari Arak Bali adalah kewenangan pemerintah pusat, disamping juga urgensi yang mau diraih dari penetapan Hari Arak Bali , yang konotasinya masih lebih ke negative dari pada positivnya, “katanya. “Saya mengapresiasi program pak Gubernur untuk Bali, namun mengenai ini tentunya perlu ada langkah konkret dalam upaya membantu petani Arak di Bali. Dengan memberikan bantuan dalam pengolahan, mencari market dunia sehingga menjadi komoditi eksport ke mancanegara,”kata mantan anggota KPU yang sekarang kader Partai Nasdem. Salah seorang generasi muda Hindu yang duduk sebagai pengurus Aliansi Pemuda Hindu Bali (APHB), Gde Wikan Pradnya Dana, S.T., M.T, yang ditemui Reportase Jakarta disela-sela kegiatan “Baskara Budaya” lomba nyurat Bali, dan Mekekawin, menyatakan dari sisi ekonomi penetapan Hari Arak Bali itu sangat bagus dalam mengangkat Arak Bali ke dunia Internasional, karena turis lebih mengenal Bali dari pada Indonesia, dan memberi dampak positif dalam meningkatkan ekonomi Bali, khususnya petani arak. “Kita lihat momentumnya sangat bagus dengan penetapan hari Arak Bali ini, namun konotasi Arak memang tidak baik karena banyak nya generasi muda yang mengkonsumsi secara berlebihan sehingga membuat mabuk, apalagi dengan adanya Bazzar yang diadakan oleh Sekaa Teruna di desa, sering terjadi mabuk dan perkelahian, ini yang harus diantisipasi, “kata Wikan Di Denpasar peringatan hari Arak Bali justru tidak jelas karena adanya peringatan Puncak Festival Imlek Bersama yang digagas oleh INTI Bali. Sedangkan para Yowana Denpasar (generasi muda), justru saat hari itu mengadakan acara Talkshow dalam rangkaian “Kesanga Fest” di Gedung Dharma Negara Alaya (DNA), yang diisi dengan lomba karya Ogoh-Ogoh dalam menyambut perayaan Nyepi 2023. Acara ini dihadiri oleh Walikota I Gusti Ngurah Jaya Negara dan Wawali I Kadek Agus Arya Wibawa, dan narasumber serta seniman lawas Anom Ranuara. (Arta)
Tentu dengan Pergub No: 1 Tahun 2020 tentang Minuman Fermentasi Dan Destilasi Arak Bali, memang benar dalam pelaksanaannya, bermanfaat untuk para produsen tetapi tidak menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. ‘’Tidak ada dukung-mendukung, yang ada justru peringatan dari Sulinggih PHDI, sebagai catatan yang harus diperhatikan oleh penyelenggara kewenangan, dari Gubernur, Bupati, Wali Kota dan pemangku kebijakan lain yang terkait,” ujar Wakil Ketua Bidang Kearifan Lokal PHDI Bali, Nyoman Iwan Pranajaya di Denpasar, Jumat (27/1/2023) agar pelaksanaan Pergub No: 1/2020 tersebut dicegah ekses-ekses negatifnya. Berbeda dengan pernyataan yang disampaikan oleh Dosen Agama Hindu di Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa, Dr. I Ketut Donder. “Yang jelas agama lain pasti mencibir adanya hari Arak, percuma saja mengeluarkan dalil-dalil religius jika Sebagian besar sudah menyatakan setuju adanya peringatan Hari Arak Bali. Menurutnya bahwa arak adalah minuman beralkohol dan jika dikonsumsi oleh generasi muda dengan tidak terkontrol akan membuat mabuk dan uyeng-uyengan. “Sudah jelas dalam agama Hindu Mada (mabuk) dilarang dalam ajaran Hindu, dan merupakan bagian dari sad ripu (enam musuh dalam diri manusia) , sifat-sifat jelek dalam diri manusia yang harus dihilangkan. Nah kalo ini justru menjadi peringatan, akan membuat moralitas generasi muda akan jauh dari nilai dan ajaran Hindu, “kata Donder. Lain lagi pendapat dari salah satu mantan anggota KPU, I Gusti Putu Artha, “bahwa secara aturan ketatanegaraan penetapan hari penting seperti Hari Arak Bali adalah kewenangan pemerintah pusat, disamping juga urgensi yang mau diraih dari penetapan Hari Arak Bali , yang konotasinya masih lebih ke negative dari pada positivnya, “katanya. “Saya mengapresiasi program pak Gubernur untuk Bali, namun mengenai ini tentunya perlu ada langkah konkret dalam upaya membantu petani Arak di Bali. Dengan memberikan bantuan dalam pengolahan, mencari market dunia sehingga menjadi komoditi eksport ke mancanegara,”kata mantan anggota KPU yang sekarang kader Partai Nasdem. Salah seorang generasi muda Hindu yang duduk sebagai pengurus Aliansi Pemuda Hindu Bali (APHB), Gde Wikan Pradnya Dana, S.T., M.T, yang ditemui Reportase Jakarta disela-sela kegiatan “Baskara Budaya” lomba nyurat Bali, dan Mekekawin, menyatakan dari sisi ekonomi penetapan Hari Arak Bali itu sangat bagus dalam mengangkat Arak Bali ke dunia Internasional, karena turis lebih mengenal Bali dari pada Indonesia, dan memberi dampak positif dalam meningkatkan ekonomi Bali, khususnya petani arak. “Kita lihat momentumnya sangat bagus dengan penetapan hari Arak Bali ini, namun konotasi Arak memang tidak baik karena banyak nya generasi muda yang mengkonsumsi secara berlebihan sehingga membuat mabuk, apalagi dengan adanya Bazzar yang diadakan oleh Sekaa Teruna di desa, sering terjadi mabuk dan perkelahian, ini yang harus diantisipasi, “kata Wikan Di Denpasar peringatan hari Arak Bali justru tidak jelas karena adanya peringatan Puncak Festival Imlek Bersama yang digagas oleh INTI Bali. Sedangkan para Yowana Denpasar (generasi muda), justru saat hari itu mengadakan acara Talkshow dalam rangkaian “Kesanga Fest” di Gedung Dharma Negara Alaya (DNA), yang diisi dengan lomba karya Ogoh-Ogoh dalam menyambut perayaan Nyepi 2023. Acara ini dihadiri oleh Walikota I Gusti Ngurah Jaya Negara dan Wawali I Kadek Agus Arya Wibawa, dan narasumber serta seniman lawas Anom Ranuara. (Arta)