REPORTASE JAKARTABALI — BADUNG, Konsep kelapa di Bali disebutkan semua bahan bisa dipakai, dimulai dari daun, batang dan buah kelapa sebagai simbol daksina, karena tanpa kelapa di Bali tidak bisa untuk meyadnya.
Diketahui dari berbagai sumber di Bali, ada 108 jenis kelapa endemik Bali yang berbeda. Untuk itu, dicoba untuk mengupas kelapa Bali dan menjadikannya sebagai Virgin Coconut Oil (VCO) berfungsi untuk pengobatan tradisional Bali berbau herbal, yang bisa menyembuhkan sakit gula atau kencing manis, asam lambung dan sakit gigi. Oleh karena itu, kelapa banyak guna dan manfaatnya, yang masih dikaji melalui perjalanan testimoni.
Demikian dikatakan Sang Meduwe Karya yang juga Ketua Yayasan Dalem Gedong Ratih, I Ketut Dharma Kresna Wijaya, S.E.,M.Sos., saat melaunching produk Virgin Coconut Oil (VCO) Bali Dalem 35, yang bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-2 di Sekretariat Yayasan Dalem Gedong Ratih, Jalan Raya Mambal Semana, Banjar Umahanyar, Mambal, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Sabtu, 26 November 2022.
Untuk jenis kelapa sebagai bahan baku VCO, diakui Kresna Wijaya dengan memakai jenis kelapa premium atau pilihan. “Kelapa yang dipakai VCO itu biasanya tidak ada tombong didalamnya. Kalau ada tombong didalamnya, cepat tengik dia, cepat piing kelapanya. Kemudian, kelapa yang di gunung sama kelapa di pesisir lebih bagus kelapa di pesisir, karena kadar airnya lebih sedikit. Kalau di gunung kadar airnya lebih banyak, makanya cepat dia tengik atau piing,” terangnya.
Disinggung terkait penamaan Bali Dalem 35 itu, Kresna Wijaya mengungkapkan hal itu terkait rumus-rumus yang dipakai sebagai bahan campuran pembuatan VCO Bali Dalem 35.
Perkenalan VCO Bali Dalem 35 ini sangat istimewa, karena dilaunching bertepatan dengan perayaan HUT ke-2 Yayasan Dalem Gedong Ratih.
“Kami ucapkan selamat datang kepada para undangan, semeton Yayasan Dalem Gedong Ratih serta peserta pada kegiatan ini,” terangnya.
Setelah perayaan HUT ke-2, kegiatan-kegiatan berikutnya, diakuinya tetap dilakukan secara rutin di Pasraman Dalem Gedong Ratih, diantaranya pebayuh oton, tebasan gering, pewacakan situs-situs, pewacakan oton dan pewacakan keris tetap berjalan seperti biasanya. “Tergantung dari masyarakat, dimana mereka membutuhkan, kita siap datang,” ungkapnya.
Jika ada semeton tidak tahu kawitan dan tidak paham lelintihannya, maka akan diungkap melalui pewacakan keris, sehingga akan terlihat asal usul leluhurnya, awalnya jumlah leluhur hingga berpindah tempat. “Disana akan kelihatan di pewacakan keris dan pewacakan situs-situs digabungkan dengan pewacakan pebayuh oton, itu jadi satu dan cepat tahu kita lelintihan dan asal mula kawitannya,” jelasnya.
Untuk masyarakat, Kresna Wijaya berpesan, agar jangan takut meyadnya, karena konsep “Mekarya lan Meyadnya” jika hidup sudah seimbang, tentunya rejeki itu akan datang.
Dalam perayaan HUT ke-2 ini, Kresna Wijaya berharap kedepannya lebih bisa melayani dan membantu masyarakat dengan yadnya yang tidak dipungut biaya alias gratis. “Di kemudian hari, tidak merasa bahwa yadnya itu selalu mahal,” pungkasnya. (Red).