Reportasejakarta.com-Warganet membongar PT PAL yang disusupi Kuntjoro Pinardi PKS. Sinyalemen Direktur Utama RRI Mohammad Rohanudin pun dibongkar. Seperti Kominfo, RRI dikuasai oleh PKS dan kaum radikal. RRI menjadi alat propaganda, alat proxy untuk membela kepentingan pentolan PKS Jazuli Juweni. RRI juga mendukung teroris FPI.
Hal tersebut disampaikan oleh Ninoy Karundeng, pengamat politik, media dan media sosial menanggapi beredarnya tuduhan terhadap Mohammad Rohanudin.
“RRI menyumbang untuk dana teroris ISIS di Suriah lewat ACT sebesar US25.000. Kegilaan pengkhianatan terhadap NKRI. Jelas ACT menjadi penyalur dana teroris ke Suriah kok disumbang. Ini kelakuan Mohammad Rohanudin yang tidak boleh dibiarkan,” ujar Ninoy Karundeng di Jakarta, Rabu (12/4/2021).
RRI, lanjut Ninoy Karundeng, menjadi corong radikalisme yang membahayakan negara. Yakni, RRI membela organisasi teroris FPI, HTI, FPI. Tak tanggung-tanggung justru Dirut RRI yang jadi biang kerok pengkhianat dalam tubuh RRI.
Fakta Dirut RRI mendukung teroris adalah RRI membela tewasnya 6 teroris FPI di KM 50. RRI memblow-up kunjungan Amien Rais. RRI.co.id menyebut: Amien Rais Lapor Jokowi, Laskar FPI Dibunuh.
“Judul berita RRI itu jelas menuduh adanya perbuatan melawan hukum. Bahwa 6 teroris mengalami pembunuhan yang bukan unlawful killings. RRI membuat framing opini tewasnya 6 teroris FPI sebagai pembunuhan yang melanggar HAM. Padahal aparat membunuh 6 teroris FPI karena terancam, pembelaan diri sebagai petugas Negara,” kata Ninoy.
Lebih lanjut Ninoy memaparkan fakta tentang keterlibatan Mohammad Rohanudin dalam gerakan radikal melalui media. Ada 10 media memberitakan soal tewasnya 6 teroris FPI. Namun hanya RRI yang menyebut dalam lead berita: yang menggunakan kata dibunuh. Framing yang memojokkan aparat kepolisian.
Pembubaran FPI pun dilawan oleh Mohammad Rohanudin dengan mengaitkan soal Demokrasi. RRI membuat judul mencolok: Pelarangan FPI Diklaim Tak Ciderai Demokrasi. Bagi pemerhati media dan media sosial, jelas sekali RRI menggiring opini.
“RRI mengarahkan audiens bahwa pelarangan FPI diklaim, diklaim oleh siapa kalau bukan pemerintah. Artinya, RRI menyatakan pelarangan organisasi teroris FPI menciderai demokrasi. Kelewatan bener Mohammad Rohanudin.
RRI, lanjut Ninoy, yang disusupi PKS lewat Mohammad Rohanudin, tidak rela organisasi teroris FPI dibubarkan. RRI menulis: FPI Dibubarkan, Pemprov DKI Cuci Tangan. Orang waras akan sangat paham maksud RRI.
RRI hendak menyatakan bahwa FPI berperan menaikkan Anies ke DKI-1, jadi gubernur. RRI menginginkan Anies Baswedan sebagai kaki tangan organisasi teroris FPI untuk membela FPI. RRI mendesak Anies untuk balas jasa buat FPI.
“Bukan hanya terhadap Anies. Kepada Prabowo pun RRI membuat berita aneh. RRI mengelompokkan Rizaa Patria, Anies Baswedan, Prabowo sebagai stake holders teroris FPI. Harus balas jasa pada teroris FPI,” kata Ninoy.
RRI.co.id pun melansir judul: Berbeda dengan Pembubaran FPI, Prabowo Bersuara Drone China. Artinya, RRI meminta Prabowo ingat jasa FPI, agar dia membela FPI. RRI tidak suka Prabowo mengomentari drone China di Selayar, dengan cara membandingkan dua isu yang bahkan tidak relevan.
“Bahkan, dukungan Mohammad Rohanudin terhadap teroris FPI juga muncul ketika RRI mementahkan pernyataan Ferdinand Hutahahean yang menentang pernyataan Mardani Ali Sera PKS,” kata Ninoy.
Juga pernyataan Gerindra lewat Waketum Rahayu Saraswati tentang pembubaran FPI dimentahkan oleh RRI. Dengan cara culas taktis RRI mengutip omongan sengkleh Fadli Zon. RRI menulis: Ramai-ramai warganet pun turut mengomentari Partai Gerindra yang dianggap akhirnya berpihak juga kepada pemerintah.
“RRI hendak menyatakan: ini lho Gerindra pun mendukung pembubaran FPI. Harusnya Gerindra menentang pemerintah, membela organisasai teroris FPI. Itu framing RRI kepada masyarakat. Provokasi Mohammad Rohanudin memang cerdas dan terencana,” ujar Ninoy.
Mohammad Rohanudin, lewat RRI memraktikkan ilmu komunikasi tingkat tinggi. Namun perbuatannya, juga wartawan RRI, mendukung teroris FPI jelas berkhianat terhadap Tri Prasetya RRI. Berkhianat terhadap Pancasila dan NKRI.
RRI menjadi corong PKS, jelas melanggar Undang-undang Pers, UU Penyiaran, PP Penyiaran Publik, dan PP Lembaga Penyiaran Publik RRI. Karena wartawan RRI mencampuradukkan opini dan fakta.
Direktur LPP RRI Mohammad Rohanuddin jelas membawa agenda PKS. Sebagai corong PKS, memberitakan tentang PKS sebanyak 67 kali. Partai lain tak lebih dari setengahnya. Golkar diberitakan RRI 26. NasDem 17. Gerindra dan PDIP hanya 38 kali. Partai-partai lain nol. Tidak dilirik oleh RRI.
Isi berita tentang PDIP sepanjang Januari 2021 tone-nya negatif semua. Harun Masiku. Korupsi Bansos. Penolakan vaksin oleh Rika Ciptaning. Sedang 7 berita untuk Gerindra tak lain RRI ikut ke Papua untuk meliput Yan P Mandenas, 19-25 Februari 2021.
Mohammad Rohanuddin juga membuat agenda setting menggunakan RRI. Orang PKS Jazuli Juwaini dijadikan tokoh. Jazuli paling sering diberitakan (11 kali) melebihi Megawati (5), Bamsoet (5), Puan Maharani (4), tokoh lainnya tidak diliput oleh RRI.
Munculnya perilaku Taliban dan dalam tubuh RRI menghancurkan etika penyiaran. Sebagai Lembaga Penyiaran Publik, RRI memiliki Tri Prasetya. Salah satunya: netralitas dalam pemberitaan. Itu dilanggar oleh Mohammad Rohanudin.
Dari gambaran itu, terbukti ideologi radikal Wahabi, Ikhwanul Muslimin, teroris FPI, HTI, PKS merasuki para wartawan RRI. Muncul agenda setting dengan pelintiran berita menentang Negara, NKRI, Pancasila. Juga adu domba.
“Dirut RRI Mohammad Rohanudin berperan besar menjerumuskan RRI yang membahayakan Negara. Tak layak dia menjadi anggota Dewan Pengawas RRI,” pungkas Ninoy.
(Red).